Tragedi Juliana Marins di Gunung Rinjani Ketika Proses Evakuasi Jadi Sorotan Dunia
Tragedi Juliana Marins di Gunung Rinjani: Ketika Proses Evakuasi Jadi Sorotan Dunia
Peristiwa meninggalnya Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani pada Sabtu, 21 Juni 2025, menyisakan duka mendalam—bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga publik internasional. Tragedi ini kini menjadi sorotan dunia, khususnya setelah ribuan komentar dari warganet Brasil membanjiri akun Instagram Basarnas hingga Presiden Prabowo Subianto.
Yang menjadi perbincangan bukan hanya soal kecelakaan yang dialami Juliana, tetapi juga proses evakuasi yang dinilai lambat. Warganet mempertanyakan kenapa helikopter baru dikerahkan setelah beberapa waktu berlalu, dan mengapa upaya penyelamatan tidak dilakukan lebih cepat. Beberapa bahkan menyampaikan bahwa Juliana “meninggal bukan karena jatuh, tapi karena dibiarkan terlalu lama.”
Setelah jenazah Juliana ditemukan dan dievakuasi, pihak keluarga menyatakan bahwa mereka akan mencari keadilan. Kritik terhadap lambannya proses evakuasi pun semakin kuat.
Menanggapi situasi ini, BBC News Indonesia melakukan wawancara dengan sejumlah pihak, termasuk pendaki senior, otoritas Taman Nasional Gunung Rinjani, dan Basarnas. Mereka menjelaskan bahwa medan Gunung Rinjani bukanlah medan biasa. Jalurnya terjal, cuaca cepat berubah, dan akses menuju lokasi korban sangat terbatas, bahkan untuk tim penyelamat berpengalaman sekalipun.
Namun tetap saja, tragedi ini membuka mata banyak pihak tentang pentingnya evaluasi terhadap sistem keselamatan di destinasi wisata alam berisiko tinggi. Terutama dalam hal kecepatan respons dan kesiapan evakuasi darurat bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Tragedi Juliana Marins menjadi pelajaran pahit, sekaligus pengingat bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama di setiap langkah petualangan.